Sistem Tenaga Listrik
Untuk
lebih mudah memahami keandalan dan kualitas listrik, kita harus
mengetahui apa yang dinamakan “Sistem Tenaga Listrik” yang akan
mempresentasikan cara pembangkitan, penyaluran dan pendistribusian
energi listrik.
Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari:
1. Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant);
Yaitu
tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat turbin
sebagai penggerak mula (prime mover) dan generator yang membangkitkan
listrik. Biasanya di pusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk
(GI). Peralatan utama pada gardu induk antara lain: Transformer, yang
berfungsi untuk menaikkan tegangan generator (11,5 kV) menjadi tegangan
transmisi / tegangan tinggi (150 kV) dan juga peralatan pengaman dan
pengatur. Jenis pusat pembangkit yang umum antara lain: PLTA (Pusat
Listrik Tenaga Air), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pusat
Listrik Tenaga Gas), PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir).
2. Saluran Transmisi (Transmission Line);
Berupa
kawat-kawat yang di pasang pada menara atau tiang dan bisa juga melalui
kabel yang di pendam di bawah permukaan tanah, saluran transmisi
berfungsi menyalurkan energi listrik dari pusat pembangkit, yang umumnya
terletak jauh dari pusat beban, ke gardu induk penurun tegangan yang
memiliki transformer penurun tegangan dari tegangan transmisi ke
tegangan distribusi (menengah). Saluran transmisi ini mempunyai
tegangan yang tinggi agar dapat meminimalkan rugi-rugi daya (power losses)
disaluran. Contoh dari saluran transmisi di Indonesia adalah : SUTT
(Saluran Udara Tegangan Tinggi, dengan tegangan kerja 70--150 kV), SUTET
(Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dengan tegangan kerja 500 kV).
3. Sistem Distribusi;
Yang
merupakan sub-sistem tersendiri yang terdiri dari: Pusat Pengatur
Distribusi ( Distribution Control Centre, DCC ) , Saluran tegangan
menengah (6 kV dan 20 kV, biasa juga disebut tegangan distribusi primer)
yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, Gardu Distribusi (GD)
tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan
menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi tegangan rendah
(380 V, 220 V) yang menghasilkan tegangan kerja/tegangan jala-jala untuk
industri dan konsumen perumahan.
Pentingnya Keandalan dan Kualitas Listrik
Pemadaman
listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama dan tegangan
listrik yang tidak stabil, merupakan refleksi dari keandalan dan
kualitas listrik yang kurang baik, dimana akibatnya dapat dirasakan
secara langsung oleh pelanggan.
Sistem tenaga listrik yang andal
dan energi listrik dengan kualitas yang baik atau memenuhi standar,
mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat
modern karena peranannya yang dominan dibidang industri, telekomunikasi,
teknologi informasi, pertambangan, transportasi umum, dan lain-lain
yang semuanya itu dapat beroperasi karena tersedianya energi listrik.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak diberbagai bidang sebagaimana
disebutkan diatas, akan mengalami kerugian cukup besar jika terjadi
pemadaman listrik tiba-tiba atau tegangan listrik yang tidak stabil,
dimana aktifitasnya akan terhenti atau produk yang dihasilkannya menjadi
rusak atau cacat.
Negara-negara yamg memiliki sistem
pembangkit, transmisi dan distribusi energi listrik dengan teknologi dan
peralatan mutakhir serta manajemen yang baik seperti Amerika Serikat,
Jepang, Perancis dan negara-negara maju lainnya benar-benar memberikan
perhatian khusus terhadap keandalan dan kualitas listrik karena
pengaruhnya yang krusial terhadap roda perekonomian.
Parameter-Parameter yang Menentukan Keandalan dan Kualitas Listrik
Ukuran keandalan dan kualitas listrik secara umum ditentukan oleh beberapa parameter sebagai berikut:
1. Frekuensi dengan satuan hertz (Hz);
Yaitu
jumlah siklus arus bolak-balik (alternating current, AC) per detik.
Beberapa negara termasuk Indonesia menggunakan frekuensi listrik
standar, sebesar 50 Hz.
Frekuensi listrik ditentukan oleh
kecepatan perputaran dari turbin sebagai penggerak mula. Salah satu
contoh akibat dari frekuensi listrik yang tidak stabil adalah akan
mengakibatkan perputaran motor listrik sebagai penggerak mesin-mesin
produksi di industri manufaktur juga tidak stabil, dimana hal ini akan
mengganggu proses produksi.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem frekuensi:
a.
Penyimpangan terus-menerus (Continuous Deviation); frekuensi berada
diluar batasnya pada saat yang lama (secara terus-menerus), frekuensi
standar 50 Hz dengan toleransi 0,6 Hz ------ (49,4 – 50,6 Hz)
b. Penyimpangan sementara (Transient Deviation); penurunan atau penaikkan frekuensi secara tiba-tiba dan sesaat.
2. Tegangan atau voltage dengan satuan volt (V);
Tegangan
yang baik adalah tegangan yang tetap stabil pada nilai yang telah
ditentukan. Walaupun terjadinya fluktuasi (ketidak stabilan) pada
tegangan ini tidak dapat di hindarkan, tetapi dapat di minimalkan.
Gangguan pada tegangan antara lain :
a. Fluktuasi Tegangan; seperti: Tegangan Lebih (Over Voltage), Tegangan Turun (Drop Voltage) dan tegangan getar (flicker voltage)
Tegangan
lebih pada sistem akan mengakibatkan arus listrik yang mengalir menjadi
besar dan mempercepat kemunduran isolasi (deterioration of insulation)
sehingga
menyebabkan kenaikan rugi-rugi daya dan operasi, memperpendek umur
kerja peralatan dan yang lebih fatal akan terbakarnya peralatan
tersebut. Peralatan-peralatan yang dipengaruhi saat terjadi tegangan
lebih adalah transformer, motor-motor listrik, kapasitor daya dan
peralatan kontrol yang menggunakan coil/kumparan seperti solenoid valve,
magnetic switch dan relay. tegangan lebih biasanya disebabkan karena
eksitasi yang berlebihan pada generator listrik (over excitation),
sambaran petir pada saluran transmisi, proses pengaturan atau beban
kapasitif yang berlebihan pada sistem distribusi.
Tegangan turun
pada sistem akan mengakibatkan berkurangnya intensitas cahaya (redup)
pada peralatan penerangan; bergetar dan terjadi kesalahan operasi pada
peralatan kontrol seperti automatic valve, magnetic switch dan auxiliary
relay; menurunnya torsi pada saat start (starting torque) pada
motor-motor listrik. Tegangan turun biasanya disebabkan oleh kurangnya
eksitasi pada generator listrik (drop excitation), saluran transmisi
yang terlalu panjang, jarak beban yang terlalu jauh dari pusat
distribusi atau peralatan yang sudah berlebihan beban kapasitifnya.
b.Tegangan Kedip (Dip Voltage);
adalah turunnya tegangan (umumnya sampai 20%) dalam perioda waktu yang
sangat singkat (dalam milli second). Penyebabnya adalah hubungan singkat
(short circuit) antara fasa dengan tanah atau fasa dengan fasa pada
jaringan distibusi. Tegangan kedip dapat mengakibatkan gangguan pada:
stabilisator tegangan arus DC, electromagnetic switch, variable speed
motor, high voltage discharge lamp dan under voltage relay.
c. Harmonik Tegangan (Voltage Harmonic);
adalah komponen-komponen gelombang sinus dengan frekuensi dan amplitudo
yang lebih kecil dari gelombang asalnya (bentuk gelombang yang cacat),
contoh :
Gelombang asal : (28,3) sin (t) kV.
Harmonik ke-3 : (28,3/3) sin (3t) kV.
Harmonik ke-5 : (28,3/5) sin (5t) kV.
Tegangan
harmonik dapat mengakibatkan: panas yang berlebihan, getaran keras,
suara berisik dan terbakar pada peralatan capacitor reactor (power
capacitor); meledak pada peralatan power fuse (power capacitor); salah
beroperasi pada peralatan breaker; suara berisik dan bergetar pada
peralatan rumah tangga (seperti TV, radio, lemari pendingin dsb.); dan
pada peralatan motor listrik, elevator dan peralatan-peralatan kontrol
akan terjadi suara berisik, getaran yang tinggi, panas yang berlebihan
dan kesalahan operasi. Kontribusi arus harmonik akan menyebabkan cacat
(distorsi) pada tegangan, tergantung seberapa besar kontribusinya.
Cara
mengurangi pengaruh tegangan harmonik yang terjadi pada sistem adalah
dengan memasang harmonic filter yang sesuai pada peralatan-peralatan
yang dapat menyebabkan timbulnya harmonik seperti arus magnetisasi
transformer, static VAR compensator dan peralatan-peralatan elektronika
daya (seperti inverter, rectifier, converter, dsb.)
d. Ketidak seimbangan tegangan (Unbalance Voltage); umumnya terjadi di sistem distribusi karena pembebanan fasa yang tidak merata.
Gangguan-gangguan
tegangan sebagaimana dijelaskan diatas dapat menyebabkan
peralatan-peralatan yang menggunakan listrik, beroperasi secara tidak
normal dan yang paling fatal adalah kerusakan atau terbakarnya
peralatan.
3. Interupsi atau Pemadaman Listrik;
Interupsi ini dapat dibedakan menjadi:
a.
Pemadaman yang direncanakan (Planned Interruption/scheduled
interruption); adalah pemadaman yang terjadi karena adanya pekerjaan
perbaikan atau perluasan jaringan pada sistem tenaga listrik.
b.
Pemadaman yang tidak direncanakan (Unplanned Interruption); adalah
pemadaman yang terjadi karena adanya gangguan pada sistem tenaga listrik
seperti hubung singkat (short circuit).
Parameter-parameter
yang menentukan keandalan dan kualitas listrik sebagaimana dijelaskan
diatas adalah sesuatu yang meyakinkan (measureable) dan dapat
diminimalkan dengan cara mengkoreksi terhadap konfigurasi dan peralatan
pada sistem, manajemen serta sumber daya manusia yang handal dari
perusahaan yang menjual energi listrik.
Copyright © 2014 Naldo Hatake - All Rights Reserved
Template By Catatan Info Di Design Ulang Naldz Harry Hatake
Template By Catatan Info Di Design Ulang Naldz Harry Hatake
0 Komentar untuk "Keandalan dan Kualitas Listrik"