A. TEORI TRANSFORMATOR
Transformator atau lebih sering disebut dengan trafo pada umumnya
digunakan untuk sistem tenaga listrik maupun pada rangkaian elektronik
(sebagai catu daya).
Transformator adalah jenis mesin listrik kategori statis yang dapat
memindahkan tegangan tukar/bolak-balik dari satu belitan (primer) ke
belitan lainnya (sekunder) pada frekuensi yang tetap, dimana tegangan
dan arusnya dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan, karena keluwesannya transformator memungkinkan untuk
transmisi ekstra tinggi.
Tanpa transformator, distribusi daya listrik yang luas menjadi tidak
praktis. Transformator dapat membangkitkan daya pada tegangan yang
cocok, menaikkan sampai tegangan yang sangat tinggi untuk transmisi
jarak jauh, dan kemudian menurunkan pada distribusi yang praktis.
Arus daya AC yang bervariasi pada inti besi sehingga energi listrik dari satu kumparan ditransfer ke kumparan yang lain.
Transformator bekerja atas dasar induksi timbal balik/induksi bersama.
Induksi bersama terjadi ketika medanmagnet disekitar satu penghantar
memotong melintang penghantar yang lain, yang menginduksikan tegangan di
dalamnya. Efek ini dapat ditingkatkan dengan membentuk penghantar –
penghantar menjadi lilitan dan kumparan pada inti magnet bersama.
Sisi belitan X1 X2 adalah sisi tegangan rendah dan sisi belitan H1 H2
adalah sisi tegangan tinggi. Jika sisi X1 X2 dihubungkan ke sumber
tegangan bolak-balik akan dibangkitkan pada inti sebesar Фmm atau
sebesar Фmw. Fluks tersebut akan melingkar dan menghubungkan beloitan
primer dan sekunder serta menghasilkan tegangan induksi (EMF = GGL) pada
belitan primer sebesar E1 = Ep maupun sekunder sebesar E2 = Es yang
akan mengikuti persaman berikut :
E1 = Ep = 4.44 x f x Np x Фmm x 10-8 Volt atau
E1 = Ep = 4.44 x f x Np x Фmw volt
E2 = Es = 4.44 x f x Ns x Фmm x 10-8 Volt atau
E2 = Es = 4.44 x f x Ns x Фmw volt
Dimana :
E1 = Ep = GGL induksi pada belitan primer
f = Frekuensi
Np = jumlah belitan primer
Фmm = Fluks dalam Makswell
E2 = Es = GGL induksi pada belitan sekunder
Ns = Jumlah belitan sekunder
Фmw = Fluks dalam weber
Perbandingan transformasi tegangan apabila persamaan ggl induksi pada
pelitan sekumder E2 dibandingkan dengan ggl induksi pada primer E1 maka
akan diperoleh
E2 = 4.44 x f x Ns x Фmw volt
E1 = 4.44 x f x Np x Фmw volt
Sehingga menjadi
E2 = Ns
E1 = Np
Persamaan di atas disebut persamaan transformasi tegangan. Dengan
menggunakan perbandingan transformasi perbandingan transformasi tegangan
maka untuk belitan sekunder di dapat
E2 = a. E1
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. bila a > 1 disebut transformator penaik tegangan
b. bila a < 1 disebut transformator penurun tegangan
c. bila a = 1 disebut transformator stabilisator
Menurut penggunaannya transformator dibedakan menjadi :
1. Transformator tenaga
2. Transformator ukur yang terdiri dari trafo arus dan trafo tegangan.
Pemakaian pada sistem tenaga listrik transformator dapat dibedakan menjadi :
1. Transformator penaik tegangan (step up) atau sering disebut trafo
daya, untuk menaikkan tegangan pembangkitan menjadi tegangan transmisi.
2. Transformator penurun tegangan (step down) dapat disebut trafo
distribusi, untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan
distribusi.
3. Transformator instrumen, untuk pengukuran yang terdiri dari trafo
tegangan dan trafo arus, dipakai untuk menurunkan tegangan dan arus agar
dapat masuk ke meter-meter pengukuran.
Trafo pada sistem tenaga untuk kapasitas besar dapat dihubungkan tiga
fase dan untuk kapasitas kecil dapat dihubungkan satu fase.
Dalam rangkaian elektronik, trafo dipergunakan sebagai gandengan
impedans antara sumber dan beban, memisahkan satu rangkaian dari
rangkaian yang lain, dapat menghambat arus searah sambil melalukan arus
bolak-balik, dayanya cukup kecil.
a. Konstruksi transformator
Umumnya konstruksi trafo daya secara singkat terdiri dari:
1. Inti transformator (kern) yang terbuat dari lembaran-lembaran plat besi lunak atau baja silikon yang diklem menjadi satu.
Fungsi utama dari dari inti adalah sebagai jalan atau rangkaian
garis-garis gaya magnit. Karena fluksi yang mengalir di dalam inti trafo
fluksi bolak-balik, diperlukan persyaratan khusus agar kerugian
histerisis dan arus pusar dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu inti
trafo dibuat dari plat baja silikon dengan kadar silikon 4 – 5% dengan
ketebalan.
Inti dibuat berupa tumpukan atau lapisan-lapisan. Inti itu menjamin
sambungan magnetik yang bagus antara kumparan primer dan sekunder. Arus
eddy disebabkan oleh arus bolak balik yang menginduksikan tegangan pada
inti transformator itu sendiri. Karena inti besi merupakan penghantar,
inti besi menghasilkan arus oleh tegangan induksi. Dengan membuat inti
itu berlapis-lapis, maka lintasan arus eddy akan dikurangi dengan sangat
mencolok.
Pada transformator kecil, penampang kern (inti trafo) dipersiapkan
dalam bentuk persegi, tetapi untuk memenuhi kebutuhan ekonomis untuk
trafo berskala besar inti trafo dipersiapkan dalam bentuk bulat.
.Posisi belitan terhadap inti memberikan dua jenis transformator yaitu:
- Jenis Inti (core type) yakni belitan mengelilingi inti, biasanya untuk transformator dengan daya dan tegangan tinggi.
- Jenis cangkang (shell type) yakni inti mengellingi belitan,
biasanya untuk transformator dengan daya dan tegangan yang rendah.
2. Belitan (kumparan) dibuat dari tembaga yang telah dilapisi dengan isolasi (kawat email) dengan cara membelitkan pada inti.
Belitan dibagi atas dua bagian yaitu :
- Kumparan primer adalah belitan yang dihubungkan dengan sumber tegangan
- Kumparan sekunder adalah belitan yang dihubungkan dengan beban.
Belitan dapat konsentris (memusat) dan sandwiched (berlapis). Belitan
konsentris, belitan primer dan sekunder disusun/dililit secara
bergantian sepanjang tinggi dari kaki inti. Belitan sandwiched, belitan
primer dan sekunder diletakkan berdampingan pada kaki inti.
b. Transformator tanpa beban
Jika tegangan bolak-balik diberikan pada belitan primer, maka akan
dihasilkan arus bolak-balik yang menyebabkan inti termagnetisasi dengan
arah bolak-balik pula. Dengan sendirinya fluks yang timbul juga berupa
fluks bolak-balik.
Fluks bolak-balik ini akan menginduksi tegangan pada belitan primer.
Untuk jumlah fluks yang sama pada kedua belitan ini (fluks bocor
diabaikan), maka akan terinduksi tegangan sesaaat pada tiap belitan itu
dengan arah dan besar yang sama. Tegangan induksi ini arahnya
bertentangan dengan arah tegangan sumber pada sisi primer.
Untuk suatu transformator tidak berbeban, tidak ada arus yang mengalir
pada belitan sekunder. Tetapi pada sisi primer akan mengalir arus yang
disebut arus eksitasi untuk membangkitkan fluks bolak-balik pada
transformator.
c. Transformator berbeban
Transformator yang dibebani, maka arus beban pada belitan akan
menimbulkan fluks yang arahnya berlawanan fluks dengan arah fluks yang
dihasilkan oleh arus eksitasi pada sisi primer. Hal ini akan mengurangi
tegangan induksi pada belitan primer maupun sekunder sehingga menambah
selisi tegangan sumber dan tegangan induksi pada belitan primer dan ini
mengakibatkan arus yang besar akan mengalir pada belitan primer.
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban, maka pada kumparan tersebut akan mengalir arus.
d. Transformator hubung singkat
Transformator hubung singkat, jika sisi sekunder dihubungkan langsung
(dihubung singkat) dengan penghantar dan pada sisi primer diberi suplay
tegangan.
B. PERBAIKAN TRANSFORMATOR
Transformator yang rusak biasanya diganti dengan membeli transformator
yang baru dengan sfesipikasi transformator yang sama, meskipun demikian
sebenarnya transformator dapat diperbaiki/direparasi sendiri, layaknya
peralatan listrik pada umumnya. Caranya dengan menggulung kembali
transformator tersebut.
Transformator yang rusak biasanya karena belitan putus karena adanya
tekanan mekanis, tetapi pada umumnya karena transformator terbakar
(terjadinya hubung singkat pada belitan transformator akibat panas yang
berlebih). Pada kasus demikian koker pada transformator yang biasanya
terbuat dari plastik telah meleleh atau rusak sehingga harus diganti.
Proses reparasi sebuah transformator adalah sebagai berikut :
1. Mencatat data transformator
2. Membongkar kern
3. Mengukur koker
4. Mengukur diameter kawat email
5. Membuat koker baru
6. Menghitung jumlah lilitan pada tiap sisi
7. Menggulung/melilit kawat email pada koker
8. Memasang kern
9. Menyolder ujung-ujung kawat pada terminal
10. Menguji transformator
11. Mencelup transformator pada seerlack
12. Mengeringkan transformator
Setelah ke-12 langkah tersebut maka transformator siap digunakan/difungsikan.
a. Mencatat data transformator
Data transformator yang dimaksud adalah besarnya tegangan pada setiap
tap baik primer maupun sekunder, hal ini penting untuk perhitungan
lilitan kelak.
b. Membongkar kern
Lembaran kern dibuka satu persatu dengan hati-hati agar tidak rusak
karena masih akan digunakan. Untuk memudahkan pada saat pemasangan
kembali lembaran dengan model E dan model I dipisahkan tempatnya.
c. Mengukur koker
Mengukur panjang dan lebar koker, ukuran ini dibutuhkan untuk pembuatan koker baru.
d. Mengukur diameter kawat
Kawat email pada gulungan primer dan sekunder harus diukur diameternya,
agar tafo yang dibuat, spesifikasinya betul-betul sama dengan
spesifikasi trafo yang digantikan terutama besaran arusnya.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan jangka sorong atau dengan
menggunakan mikrometer untuk pengukuran yang lebih akurat/teliti.
e. Membuat koker baru
Jika koker tidak dapat diukur karena kondisi fisik (rusak misalnya
meleleh) yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran yang teliti,
ukuran koker dapat ditentukan dengan mengukur kernnya.
Misalnya P adalah panjang koker, L (lebar) koker adalah tinggi tumpukan kern, dan X adalah kedalaman koker.
Berdasarkan ukuran dari kern maka proses perencanaan koker yang baru baik model dan ukurannya dapat dilakukan.
f. Menghitung jumlah lilitan
Perhitungan jumlah lilitan pada sisi primer dan sekunder dapat dilakukan
dengan menghitung lilitan pervoltnya terlebih dahulu. Lilitan pervolt
dapat dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan praktis yaitu :
L/V = F Dimana A = P x L
A
Dimana :
L/V = Lilitan pervolt
F = Frekuensi (Hz)
A = Luas koker (cm2)
P = Panjang koker (cm)
L = Lebar koker (cm)
Catatan: Frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz + 6. Frekuensi dijumlahkan dengan 6 sebagai nilai toleransi.
Setelah jumlah lilitan pervolt diketahui maka perhitungan jumlah lilitan
pada setiap tap dapat dilakukan dengan mengalikan nilai nominal
tegangan pada tiap tap, misalnya untuk tegangan 220 volt jumlah
lilitannya adalah 220 x L/V.
g. Menggulung/melilit kawat email pada koker
Proses menggulung/melilit dapat dilakukan dengan cara manual (menggulung
sambil menghitung jumlah lilitan). Cara kedua adalah dengan semi manual
dengan menggunakan mesin/alat penggulung.
Catatan: Sebelum menggulung koker dilapisi dengan kertas prespan,
begitu juga antara belitan primer dan sekunder dan setelah semua
gulungan selesai kembali dibungkus dengan kertas prespan.
h. Memasang kern
Pemasangan kern dilakukan dengan cara selang seling dan berulang-ulang antara model E dan I (perhatikan gambar !)
i. Menyolder ujung-ujung kawat pada terminal
Ujung-ujung kumparan setiap tap pada transformator yang telah digulung
dirapikan dengan menyolder pada terminal-terminal yang telah disiapkan.
Terminal tersebut biasanya dipasang permanen pada sisi-sisi koker.
j. Menguji transformator
Pengujian transformator dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pengujian tanpa tegangan, transformator diukur dengan menggunakan
ohm meter, meliputi pengukuran antar lilitan primer dengan bodi, lilitan
sekunder dengan bodi, dan litan primer dan sekunder. Hasil dari
pengujian tersebut adalah ohm meter tidak menunjuk atau tidak boleh ada
hubung singkat antara kedua belitan dan body serta antara belitan primer
dan sekunder.
2. Pengujian bertegangan, secara sederhana pengujian dilakukan dengan
memberi suply tegangan nominal pada sisi primer dan mengukur besaran
tegangan pada sisi sekunder.
Pengujian yang lebih lengkap adalah dengan mengukur karakteristik
transformator beban nol (tidak berbeban), transformator berbeban dan
transformator hubung singkat (langkah dan cara pengujian transformator
akan disajikan lebih lengkap pada bagian lampiran).
k. Mencelup transformator pada seerlack
Jika langkah pengujian transformator sudah dilaksanakan dan disimpulkan
bahwa transformator baik maka selanjutnya adalah memberi cairan isolasi
(seerlack/vernis). Pemberian seerlack dapat dilakukan dengan menyiramkan
seerlack pada transformator ataupun dengan mencelup langsung
transformator pada cairan seerlack.
Jika pada proses pencelupan muncul gelembung-gelembung udara maka
transformator diangkat dari dalam seerlack setelah gelembung-gelembung
tersebut hilang.
l. Mengeringkan transformator
Transformator yang telah diberi seerlack selanjutnya dikeringkan. Proses
pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu cara komvensional dengan
menjemur transformator (transformator dikeringkan dengan panas sinar
matahari). Cara menjemur memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu
agak lama.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan oven, transformator dimasukkan
ke dalam oven pemanas cara ini membutuhkan waktu lebih pendek namun
membutuhkan biaya tambahan.
Copyright © 2014 Naldo Hatake - All Rights Reserved
Template By Catatan Info Di Design Ulang Naldz Harry Hatake
Template By Catatan Info Di Design Ulang Naldz Harry Hatake
0 Komentar untuk "pengertian TEORI TRANSFORMATOR"